Gunung Salak, yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, bukan hanya terkenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena sejarah panjang pendakiannya yang penuh cerita misteri dan tantangan. Dengan ketinggian sekitar 2.211 meter di atas permukaan laut, Gunung Salak menjadi salah satu destinasi favorit pendaki sejak zaman kolonial hingga era modern.
Sejarah pendakian Gunung Salak dapat ditelusuri kembali ke masa kolonial Belanda. Kala itu, para peneliti dan naturalis Belanda seperti Franz Wilhelm Junghuhn menjelajahi kawasan ini untuk memetakan flora, fauna, dan kondisi geografisnya. Gunung Salak dianggap sebagai “laboratorium alami” karena kekayaan biodiversitasnya yang luar biasa.
Namun, berbeda dengan gunung lain seperti Gede atau Pangrango yang lebih sering dijadikan jalur wisata resmi sejak lama, pendakian Gunung Salak dikenal memiliki reputasi lebih mistis dan menantang. Jalur-jalur pendakian seperti Cidahu, Cimelati, dan Kawah Ratu menawarkan pengalaman mendaki yang tidak hanya menguji fisik, tetapi juga mental. Konon, banyak pendaki yang merasa ‘diganggu’ atau bahkan tersesat, menambah aura mistis di sekitar gunung ini.
Pada era 1980-an hingga 1990-an, popularitas Gunung Salak di kalangan komunitas pecinta alam Indonesia semakin meningkat. Kegiatan ekspedisi ilmiah, pelatihan SAR (Search and Rescue), hingga pendidikan dasar kegiatan alam bebas banyak dilakukan di kawasan ini. Kawah Ratu dan jalur-jalur berbatu yang licin menjadi lokasi latihan ideal untuk simulasi medan sulit.
Namun, sejarah pendakian Gunung Salak juga diwarnai tragedi. Salah satu insiden paling dikenal adalah jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 pada tahun 2012, yang menewaskan seluruh penumpangnya. Peristiwa ini kembali menegaskan betapa Gunung Salak bukan hanya megah, tapi juga menyimpan bahaya tersembunyi, baik bagi pendaki maupun penerbangan.
Hingga kini, Gunung Salak tetap menjadi primadona bagi para pendaki yang mencari tantangan sejati. Dengan jalur yang bervariasi dari hutan hujan lebat, medan berbatu, hingga kawah belerang aktif, Gunung Salak menawarkan pengalaman mendaki yang lengkap: petualangan, keindahan alam, hingga refleksi spiritual.
Bagi para pendaki, mendaki Gunung Salak bukan sekadar soal mencapai puncak, melainkan tentang menghormati alam, memahami batas diri, dan menghayati setiap langkah dalam perjalanan.
